Selasa, 11 September 2018

Suka dalam Dua Duka

Selalu dalam kehidupan, memang siklusnya. Ada yang sedih ketika ada yang senang, bisa dikatakan kaya karena yang lain miskin, matahari terbit dipagi hari pasti terbenam dimalam hari, ketika dilahirkan pasti akan dimatikan. Seperti kebanyakan orang bilang "roda selalu berputar" adakalanya kita merasakan babak suka, babak duka juga pasti akan kita rasakan. Babak mana yang akan lebih dulu kita rasakan? Siap kah kita jika duka datang mendahului suka? Bersyukur kah kita saat suka sebelum duka menghampiri?

Babak Abah
Sosok hebat dalam tumbuh kembang semua anak laki - lakinya. Tempramental dan Penyayang, itu dimata gue. Bukan sosok yang sempurna tapi ga kebayang jika bukan beliau yang mendampingi kami hingga akhir usianya.

Perjalanan panjang kami lalui dari saat dilahirkan hingga beliau di wafatkan. Terbayang seluruh sukanya -maaf ga sanggup gue menceritakan- cuma sanggup senyum menahan air mata.

Satu yang terkenang. Waktu kecil beliau sangat suka memandikan seluruh anak laki - lakinya, diakhir mandi beliau selalu cium kedua kuping kami. Tidak indah tapi sangat terkenang.

Senyum beliau yang lepas memperlihatkan barisan gigi palsunya. Senyum yang ternyata tidak bisa kami lihat kembali hingga beliau wafat.

Kanker Prostat..

Tahun 2013 gue lulus kuliah, saat wisuda masih didampingi oleh beliau tetapi itu jadi moment terakhir dimana kita bisa kumpul bersama dalam keadaan sehat.
Wisuda 2013
Tidak.. Beliau tidak langsung terbaring lemah karena kankernya. Beliau menjalani rangkaian pengobatan kanker. Beliau berjuang dengan dirinya sendiri juga kami ber-4 bersaudara dan Ibu mendampingi. Kondisi beliau ternyata bagai Roller Coaster sempat pulih tapi tidak bertahan lama, melakukan rawat jalan dirumah hingga terjadi kondisi dimana beliau sudah tidak bisa merasakan lagi kerja keseluruhan tubuhnya dan metabolisme tubuhnya. Sulit komunikasi, hanya tatapan mata dan koneksi batin yang menjembatani komunikasi kami.

Oiya, ada satu kejadian yang gabisa gue lupa ketika beliau dirawat dirumah. Saat itu gue ijin tidak masuk kantor karena berencana membawa beliau check up. Ibu nyiapin makan untuk beliau dan gue jaga disamping beliau. Duduk bersandar tembok, beliau terbaring. Tangannya menggapai gue, meminta supaya dekat ke mulutnya. Beliau berbisik 'potongkan rambut dan brewok Abah' saat itu langsung gue lakukan, ga lama Ibu datang bawa makanan dan ikut membantu memotongkan kuku jari dan tangan. Momen yang luar biasa ternyata untuk gue, justru disaat beliau sakit gue melakukan hal yang sebelumnya tidak terbayang untuk dilakukan. 

Bukan hal mudah bagi kami menerima keadaan ini, segala cara kami lakukan, kami berikan yang terbaik.


Allah tahu yang terbaik,

Beliau sudah harus dirawat dirumah sakit tidak bisa lagi dirawat dirumah. Menggunakan alat, badannya terlihat sangat kurus. Tetapi beliau tetap sama, tetap suami, orang tua, tetap Abah, tetap Datuk terbaik bagi Keluarga Besar Risja.
RS Cipto Mangunkusumo
Hari ke hari, banyak minggu yang kami lewati. Secara bergantian kami merawat, menjaga beliau. Pada hari Kamis, sepulang kantor giliran gue berjaga, gue sempatkan kembali ke rumah berganti pakaian dan membawa pakaian kerja untuk Jumat pagi lalu menuju Rumah Sakit, sudah ada Ibu dan Adik disana. Berjagalah kami bertiga.

Jumat subuh, 18 Juli 2014..

Sehabis solat subuh. Terjadi obrolan antara Ibu dan gue (dengan bahasa gue yaaaa)
Ibu : Capek jaga dirumah sakit, gaenak
Gue : Sabar Bu, semua juga merasakannya. Insya Allah Abah pulang

Gue berangkat kerja seperti biasa. Menjelang siang ada meeting dikantor. Gue ga menghiraukan telepon dan pesan yang masuk. Abis jumatan baru gue buka.

"Abah kritis, segera ke Rumah Sakit ya" isi SMS dari Abang gue jam 10 pagi. 
"Abah udah ga ada" isi SMS dari abang gue jam setengah 12 siang.
Dan..... gue baru buka semua sms itu abis solat Jumat. Langsung gemeteran!
Kuasa nahan tangisan? Engga, sepanjang jalan dari kantor di SCBD menuju RS Cipto gue nangis.

Sesampai dirumah sakit beliau belum dipindahkan. Sengaja, menunggu sampai gue tiba ternyata. Emosional, kondisi yang sangat - sangat sedih. Langsung nyari Ibu, ternyata beliau sudah dibawa ke rumah duka.

Inget obrolan Jumat subuh gue dengan Ibu? Iya Abah memang pulang, pulang memenuhi panggilan Allah, pulang yang sesungguhnya.

Ini kalimat yang masih sangat melekat di gue hingga sekarang. Dan gatau apa Ibu pernah menceritakan ini ke orang lain atau tidak. Kalau ternyata ada kalimat anaknya yang menyatakan Abahnya akan pulang ternyata menjadi kenyataan.

Kami yang sangat menyayangi, semoga Abah ditempatkan di surga terbaik. 
Risjar Rasyad
Lahir 7 Maret 1950
Wafat 18 Juli 2014

Babak PNS
Ga pernah terbayang buat jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan karena idealis ga pengen tapi karena ga ada referensi. Ga ada dikeluarga besar yang jadi PNS. Tapi siapa sangka, disini rezeki gue sekarang.

Mungkin, menurut gue, gue salah satu lulusan mahasiswa yang beruntung. Begitu lulus langsung dapat pekerjaan dan sesuai sama background pendidikan tapi ga bertahan lama sih hehehe. Bukan nganggur tapi pindah perusahaan :)

Masuklah gue di dunia pekerjaan yang sesungguhnya. Iklim bekerja, tekanan dllnya terasa sangat menyenangkan. Sebagai anak baru lulus, gue bukan tipikal banyak menuntut, cuma pengen kerja aja hahahaha sok iya banget ga sih? Penggalan pelajaran buat para mahasiswa baru, yuk kita bekerja dulu aja, aplikasikan ilmu - ilmu yang didapat dibangku pendidikan, percaya pendapatan akan mengikuti dengan sendiri hingga diri kita bisa menunjukan level tertinggi dari kemampuan.

Long short story di akhir tahun 2014 diajaklah buat nyoba daftar CPNS "CPNS Kemenkeu yaaaaa" gitu ajakan temen gue. Gue ga langsung daftar Kemenkeu, yang secara pendidikan sesuai. Yang terpikirkan "gue bisa bersaing ga ya di Kemenkeu, gue yakin dengan kemampuan pribadi tapi hati gaberkata gitu, inginnya keluar dari zona nyaman secara Kementerian/Lembaga" naaah itu jadi dasar gue cek ombak di Kementerian/Lembaga lainnya dulu. Setelah berhari - hari memantau seluruh K/L klik-lah dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, kalo ditanya kenapa? Keyakinan hati yang juga hasil dari memantau berhari - hari. Poinnya untuk yang mau mencoba CPNS, dibaca dulu baik - baik semua informasi mengenai berbagai K/L di platform resmi Penerimaan CPNS dan juga Plaform resmi K/L yang dikepoin, dibaca sampai tuntas.

Dan setelah melewati tahap - tahap seleksi, gue keterima!
Foto Prajabatan CPNS Kementerian Kelautan dan Perikanan
Rasanya gimana? Bahagia banget! Ini pertama kali ikut ujian CPNS dan keterima yang mana denger sana sini ada yang coba berkali - kali tapi masih gagal. Isunya karena penerimaan CPNS syarat akan KKN yang tinggi. Disini gue coba jelaskan dan tekankan. Ketika penerimaan di Tahun Angkatan gue total bersih dari yang namanya KKN. Mulai dari Seleksi Administrasi yang sangat ketat, dilanjutkan dengan ujian - ujian berbasis CAT (Computer Assisted Test) yang hasil ujian langsung keluar ditempat dan ketika ujian soal berpola, jadi ga ada yang sama. Dilanjutkan dengan proses wawancara sebelum ditetapkan apakah direkomendasikan diterima atau tidak. Celah untuk KKN sangat -sangat kecil. Kalau pun tetap ada ya itu diluar pandangan gue, diluar kuasa gue. Sepengalaman gue ya seperti itu.

Rasa bahagia itu juga berbalut sedih..

Sedih karena gimana nyampeinnya ke Ibu gue. Beliau baru ditinggal suami tercinta dan sekarang harus ditinggal merantau sama anaknya karena gue ditempatkan di Pontianak, Kalimantan Barat. Mundur sedikit, setelah bokap meninggal gue dirumah bertiga aja bersama Ibu dan Apit, adik gue. Apa gamakin kesepian beliau? Life must go on ternyata semua berjalan baik - baik aja.

Hingga akhirnya euforia ada anaknya yang keterima PNS jadi kebanggaan tersendiri buat Ibu dan buat gue jadi ada nilai plus di mata Ibu. Maklum anaknya susah diatur dan keras kepala.

Segitu aja ya di babak PNS karena sampe sekarang gue masih belajar di dunia ke-PNS-an ini.

Bangga Abdi Negara
Laut Masa Depan Bangsa

Babak Ibu
Ada yang bisa dengan mudah menjelaskan sosok Ibu? Gue rasa tidak. Tapi kalau ditanya siapa sosok paling berarti dalam kehidupan. Dengan mudah pasti jawabannya adalah sosok Ibu.

Ibu mu
Ibu mu
Ibu mu

Begitu disebutkan dalam salah satu Hadist Rasulullah.

Ya sosok Ibu merupakan sosok tiada duanya apalagi tiga, tidak tergantikan. Begitu juga untuk kami, Ibu tidak akan tergantikan.

Dalam pandangan gue, dimata gue. Risnawati adalah sosok Ibu luar biasa di keluarga kami. Beliau sangat perhatian, memberikan kenyamanan yang sangat kepada kami, mengajarkan kami banyak hal tentang dunia pendidikan dan kehidupan, tetap sosok wanita yang lemah lembut tapi sangat tangguh. Sangat berperan penting dalam tiap langkah kami hingga bisa seperti sekarang. Jago banget masak, makanannya enak - enak hehehe. Wanita dengan daya sosial yang sangat tinggi, siapa pun dibantunya tanpa pandang bulu, siapapun yang menjatuhkannya tetap dirangkulnya. Tegas tentang agama dan segala amalan sunnah.

Sekarang hingga nanti, kami merindukan beliau..

Sangat jarang mengeluhkan tentang sakit. Beliau memang memiliki riwayat darah tinggi dan beberapa kali juga terasa sakit dibagian perut yang menyebabkannya perlu bedrest. Selebihnya beliau sangat mensyukuri kehidupan. Kehadiran cucu - cucunya, kumpul keluarga diakhir pekan sambil menikmati masakannya yang enak, jadi ramuan terbaik untuk keluarga kami. Tapi semua terasa berbeda ketika Abah pergi. Ibu secara psikologis tidak sama lagi seperti yang gue jabarkan. Tugas kami untuk terus tetap membuatnya bahagia, tentu tidak mudah. Ditinggal oleh Abah yang dalam keseharian selalu bersama beliau, rasanya seperti apa untuk Ibu kami tidak tahu, kami juga merasakan kehilangan sosok Ayah.

Seiring waktu berjalan, segala perbedaan tetap dijalani seperti biasa hingga akhirnya terbiasa. Kembali kesemua rutinitas Keluarga Besar Risja ditambah ziarah bersama ke makam Abah.

Semua terjadi tiba - tiba..

3 Maret 2017, gue masih berhubungan via telepon sama Ibu. Mengabarkan akan ke luar negeri. Beliau juga cerita hari minggu akan hadir disebuah acara. Seperti biasa saat teleponan, ada beberapa pesan yang beliau sampaikan hingga penghujung telepon.

5 Maret 2017, gue baru buka handphone karena baru dapet wifi. Diinfokan beliau sudah tidak sadarkan diri sepulang dari acara. Shock!

Yaaaaaaaa semua terjadi tiba - tiba..

Beliau dibawa ke UGD Rumah Sakit Persahabatan. Gue mencari tiket untuk bisa ke Jakarta dengan segera. Baru senin siang gue tiba di Jakarta langsung menuju RS Persahabatan. Kondisi yang sungguh diluar dugaan ketika gue lihat langsung. Beliau sudah tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya. Gue coba ajak komunikasi, semoga beliau bisa tahu kehadiran gue. Inilah perasaan sedih yang sangat teramat dalam hidup gue..
Saat tiba di Rumah Sakit
Diceritakan oleh abang. Ibu terserang stroke, hasil CT Scan belum keluar. Penyebab stroke diceritakan lanjut, Ibu baik - baik aja ketika menghadiri acara, tidak ada jatuh dll.

Semua terjadi tiba - tiba tapi inilah rahasia Allah..

Ibu kena stroke yang mana tidak ada dalam riwayatnya dengan pecah pembuluh darah di bagian kepala. Semalaman beliau di UGD baru bisa mendapatkan kamar perawatan sendiri.

Sama seperti saat Abah, kami semua bergantian merawat dan menjaga beliau di Rumah Sakit. Kondisi Ibu seperti gelisah, penjelasan dokter hal tersebut adalah reaksi atas sakitnya di kepala. Gue gakuasa melihatnya, air mata selalu nyaris tumpah saat berjaga.

8 Maret 2017, kondisi gelisah Ibu sudah tidak lagi hingga selepas magrib semua kondisi tubuhnya sudah terasa lain.
Sebelum memanggil Dokter, dipesankan oleh Abang gue dan istrinya untuk tetap membaca Quran untuk Ibu jangan putus.

Air mata kami semua sudah tidak terbendung.

Dokter tiba dan melakukan penanganan, Ibu dinyatakan meninggal.

-gabisa gue menjabarkan kondisi saat itu-

Ibu pergi saat gue sedang menapaki karir baru didunia pemerintahan.
Ibu pergi disaat gue sudah menyampaikan keseriusan gue untuk menikah dan beliau sudah dengan rencana - rencana beliau untuk pernikahan gue.
Ibu pergi dan tidak akan ada yang mendampingi gue saat melamar hingga hari pernikahan.
Ibu pergi tiba - tiba, sangat singkat.

Apa Ibu menyadari kehadiran gue di Senin saat beliau di UGD? Kalo tidak menyadari berarti saat telepon itulah akhir kita komunikasi. Semoga Ibu menyadari, harap gue hingga sekarang.

Setiba dirumah duka, berat rasanya buat ga berada dekat dengan Ibu. Disemayamkan semalaman sambil menunggu keluarga dari Payakumbuh tiba. Semua proses pemandian, pengkafanan dan pemakaman kami semua anak laki - lakinya yang melaksanakan.

Tidak kuasa dan tetap harus bisa ketika diminta mengadzankan Ibu di tempat peristirahatan terakhir. Terasa banyak dosa dan penyesalan yang belum bisa terbayarkan atas segala pengorbanan beliau untuk kami.

Ibu tidak tergantikan, kami semua menyayangi dan merindukan.
Semoga segala tetes keringat menjadi bekal memudahkan Ibu menuju surga terbaik.
Risnawati
Lahir 7 September 1957
Wafat 8 Maret 2017

Kedua orang tua, segala pengorbanannya untuk kita tidak akan bisa terbalaskan. Berbakti dan berdoalah untuk keduanya.
Pencapaian pribadi tentu membanggakan, terus belajar dan senantiasa bersyukurlah.

Suka dalam Dua Duka

Jangan ditunggu tulisan berikutnya,

Dengan hangat,
Tidak Interupsi Lalu Membantah,
ESR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar