Duka SJ-182 masih terbayang.
Senin, 18 Januari 2021 bukan penerbangan yang mudah tentunya. Dan tidak lepas dari bayangan SJ-182, kali ini bersama QZ-821, Jakarta - Pontianak.
Sepanjang jalan Tanjung Priok menuju Bandara Soekarno Hatta hujan deras. Bukan sedang sembelit tapi duduk selama perjalanan itu sangat tidak nyaman.
Turun dari mobil menjinjing tas urban state kado ulang tahun pemberian dari yang tersayang, kaki berat melangkah menuju gate penerbangan. Protokol kesehatan kental terasa semua orang menggunakan masker dan menjaga jarak.
Saatnya tiba di konter pemeriksaan dokumen kelengkapan penerbangan. Masuk ke Pontianak harus Swab PCR, tentu berat apalagi bagi perantau berdapur 2 (dua). Bapak Gubernur bermaksud baik tetapi mungkin belum pernah LDR.
Langkah kaki yang berat, rute yang lumayan jauh menuju gate membuat dahaga, air mineral sebuah mini market menyelamatkan ladang yang kering. Guyonan si baru katanya.
Pukul 13:01, masih 1 jam lagi menunggu untuk pesawat siap membawa kami semua dari Jakarta ke Pontianak. Rasa khawatir makin terasa, begitu pun rasa lapar. Ada 2 potong kebab, bekal dari istri untuk makan siang yang tidak bisa disebut makan, belum nasi soalnya.
Tidak terasa panggilan untuk memasuki pesawat terdengar. Mencoba menenangkan diri dengan menghabiskan sebotol air mineral.
QZ-821 sapa pramugari yang jangan sampe lolos kata Kasino (re:berbaju merah). Jakarta - Pontianak 31C silahkan dibelakang wing sebelah kiri.
Wajah - wajah banyak tertunduk, tidak terlihat apakah cemas atau pasrah.
Saatnya Take Off....
Sudut 45 derajat seorang Ibu Tua berbaju pink.
Menit 4:40 sejak take off secara bersamaan 2 pria di wing kanan memutar ac diatas kepala mereka.
Sudut 90 derajat pria berjaket yang sempat selfie dengan wajah dijendela pesawat tertidur pulas dengan alunan merdu khas saat terlelap.
Senyum manis Agnez Mo sehangat freshcare menemani perjalanan.
Pesawat banyak melalui gumpalan awan, pesawat sering tidak stabil. Itu yang terasa. Dan cukup sering! Kekhawatiran langsung terasa seisi burung besi berwarna merah putih.
Ibu tua berbaju pink tampak sangat gelisah. Direkatkan kedua tangannya, digerakan secara dinamis mencoba menenangkan diri sendiri dengan memanjatkan doa.
Kami semua tiba di Pontianak.
Dengan hangat,
ESR